Surat Haru dari Keluarga Juliana Marins: Ungkapan Terima Kasih Mendalam untuk Relawan Gunung Rinjani

Surat Haru dari Keluarga Juliana Marins: Ungkapan Terima Kasih Mendalam untuk Relawan Gunung Rinjani

Surat Haru dari Keluarga Juliana Marins: Ungkapan Terima Kasih Mendalam untuk Relawan Gunung Rinjani – Dengan hati yang penuh haru dan rasa syukur yang tak terhingga, kami, keluarga besar Juliana Marins, ingin menyampaikan athena168 sepenggal ungkapan dari lubuk hati kami yang paling dalam. Ini bukan sekadar surat, melainkan doa dan rasa terima kasih tulus kepada setiap relawan yang telah mengorbankan tenaga, waktu, bahkan risiko nyawa, demi menolong putri, saudari, dan kerabat kami, Juliana, di tengah kerasnya alam Gunung Rinjani.

Kami tahu, kata-kata mungkin tak akan pernah cukup untuk menggambarkan betapa berharganya tindakan dan keikhlasan kalian. Namun kami ingin mencoba, agar dunia tahu bahwa masih ada orang-orang luar biasa yang bergerak tanpa pamrih, didorong oleh cinta kemanusiaan.

Juliana dan Rinjani: Perjalanan yang Berubah Menjadi Ujian

Juliana datang ke Indonesia dengan semangat petualang dan jiwa mencintai alam. Rinjani adalah salah satu mimpinya. Ia sering menyebutnya sebagai “tempat di mana bumi seolah menyentuh langit”. Namun, tak seorang pun menyangka bahwa pendakian itu akan berubah menjadi ujian hidup.

Ketika kabar bahwa Juliana mengalami musibah saat pendakian sampai kepada slot bet kecil kami di Brasil, dunia kami seolah runtuh. Ribuan kilometer jauhnya, kami hanya bisa menangis dan berharap. Tidak ada yang lebih menyesakkan selain mengetahui orang yang kita cintai sedang dalam bahaya dan kita tidak bisa berbuat apa-apa secara langsung.

Namun saat itulah, kalian datang.

Relawan: Malaikat Tak Bersayap di Tengah Kabut Gunung

Kami tidak mengenal nama kalian satu per satu. Mungkin sebagian dari kalian tidak sempat disorot kamera, tidak masuk berita, bahkan tak dikenal siapa pun. Tapi bagi kami, kalian adalah malaikat. Di saat orang lain mundur karena risiko, kalian memilih tetap maju. Di saat kondisi sulit dan alam tak bersahabat, kalian tidak menyerah.

Kalian mendaki, membawa peralatan, menyisir jalur, menyampaikan kabar, bahkan mendampingi Juliana yang terjebak dalam luka dan ketakutan. Kalian bukan hanya menyelamatkan tubuhnya, tapi juga jiwanya. Dalam gelap dan dinginnya malam Rinjani, kalian adalah cahaya.

Beberapa dari kalian menunda pekerjaan, meninggalkan keluarga, menembus badai hanya demi satu tujuan: menyelamatkan nyawa seseorang yang bahkan tidak kalian kenal. Apa yang mendorong kalian melakukan semua itu? Jawaban kalian hanya satu: karena ini soal hati.

Dari Ibu Juliana: Sebait Doa dan Tangisan Syukur

Sebagai ibunya, saya, Marina Marins, hanya bisa menyampaikan air mata syukur. Saya memeluk foto-foto kalian seperti memeluk anak saya sendiri. Saya tidak tahu bagaimana rupa kalian, tapi saya tahu bagaimana besarnya hati kalian.

Setiap langkah yang kalian tempuh di atas gunung, setiap beban yang kalian pikul di punggung, setiap keputusan berani yang kalian ambil—itu semua adalah wujud kasih yang luar biasa. Tuhan pasti tahu dan mencatat semuanya.

Saya berdoa setiap hari agar hidup kalian dipenuhi berkah. Agar kalian selalu dalam lindungan Tuhan, diberi kesehatan, dan dikaruniai kebahagiaan yang setimpal dengan kebaikan kalian. Karena telah menyelamatkan Juliana, kalian menyelamatkan hidup saya juga.

Ucapan dari Ayah Juliana: Kalian Adalah Pahlawan Tanpa Medali

Sebagai ayah, saya, Eduardo Marins, tumbuh di dunia yang keras, di mana keikhlasan semakin langka. Namun tindakan kalian membuktikan bahwa kemanusiaan masih hidup. Bahwa masih ada jiwa-jiwa murni yang bersedia menolong tanpa diminta, tanpa imbalan, bahkan tanpa ingin dikenal.

Saya ingin mencium tangan kalian satu per satu. Bagi saya, kalian lebih dari pahlawan. Dunia seringkali memberi medali kepada mereka yang berperang. Tapi kalian, yang berjuang di atas gunung untuk menyelamatkan satu nyawa, layak mendapat ribuan medali.

Juliana: Kata-Kata Terbata yang Penuh Makna

Kini Juliana masih dalam masa pemulihan. Luka-lukanya mulai mengering, tapi jejak pengalaman itu tak akan pernah hilang dari hatinya. Dalam salah satu percakapannya yang emosional, Juliana berkata:

“Aku melihat wajah-wajah yang tak kukenal, tapi senyum mereka membuatku percaya lagi. Mereka datang untukku, tanpa pernah tahu siapa aku. Aku menangis bukan karena sakit, tapi karena tak percaya bahwa ada orang-orang yang begitu peduli tanpa alasan. Mereka adalah alasan aku bisa kembali pulang.”

Untuk Para Relawan dan Masyarakat Lokal: Terima Kasih Tak Terbatas

Kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada masyarakat lokal Lombok yang membantu proses evakuasi, tim SAR, porter gunung, serta para pemandu yang memberikan informasi, tenaga, dan semangat. Kalian menunjukkan bahwa kebaikan tidak mengenal batas negara, ras, atau bahasa.

Kalian semua adalah wajah indah dari Indonesia yang sesungguhnya. Kami akan menceritakan kebaikan kalian kepada siapa pun di Brasil. Bahwa di balik keindahan Rinjani, ada pula hati-hati yang lebih indah.

Penutup: Janji untuk Kembali dengan Cara Berbeda

Kami tahu, rasa terima kasih ini tidak akan pernah cukup. Tapi kami berjanji, suatu hari, kami akan kembali ke Indonesia. Bukan sebagai wisatawan, bukan untuk mendaki, tapi untuk memberi kembali. Entah dalam bentuk donasi, kegiatan sosial, atau bentuk lain, kami ingin membalas budi, walau tak sebanding.

Terima kasih, para relawan Gunung Rinjani. Terima kasih karena telah mengajarkan kami bahwa di dunia ini, masih ada cahaya dalam gelap, masih ada harapan dalam bahaya, dan masih ada kasih dalam bencana.

Dengan penuh cinta dan doa,
Keluarga Besar Juliana Marins
Brasil, Agustus 2025

Bagi para relawan yang mungkin membaca surat ini, kami ingin kalian tahu—kalian telah meninggalkan jejak dalam hati kami. Jejak itu tidak akan pernah hilang. Juliana hidup karena kalian, dan kami akan selalu mengenang itu seumur hidup kami. Semoga Tuhan membalas semua kebaikan kalian dengan berlipat ganda. Kalian telah menyelamatkan lebih dari satu nyawa. Kalian menyelamatkan harapan kami.